BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pernafasan
adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru-paru
berkontraksi. Kerja pernafasan
ditentukan oleh tingkat kompliansi paru (kemampuan paru distensi atau
mengembang sebagai respon terhadap peningkatan tekanan intraalveoral), tahanan jalan
nafas (perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli terkait dengan keccepatan
aliran gas yang diinspirasi) , keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan
otot-otot bantu pernafasan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan hipoksia?
2. Apakah
yang dimaksud dengan hipokapnia?
3. Apakah
yang dimaksud dengan hiperkapnia?
4. Apakah
yang dimaksud dengan hipoventilasi?
5. Apakah
yang dimaksud dengan hiperventilasi?
C. Tujuan
Tujuan
yang diharapkan penulis adalah agar pembaca dapat menngetahui dan memahami tentang
hipoksia, hipokapnia, hiperkapnia, hipoventilasi, dan hiperventilasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hipoksia
Hipoksia
adalah kekurangan O2 di tingkat jaringan atau defisiensi oksigen karena
berkurangnya kadar O2 dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam
jaringan dan Organ. Tanda dan gejala
hipoksia : Rasa cemas, takut, ansieas, tidak mampu berkonsentrasi,
penurunan tingkat kesadaran, pusing, perubahan perilaku, disorientasi,
peningkatan keletihan, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi serta
kedalaman pernapasan, peningkatan tekanan darah, disritmia jantung (gangguan
irama jantung), pucat, sianosis (suatu perubahan warna kulit dan membrane
mukosa menjadi kebiruan akibat adanya
hemoglobin yang ersaturasi di kapiler), Clubbing dan Dispnea.
Secarumum
hipoksia dibagi dalam empat jenis, keempa kategori hipoksia adalah sebagai
berikut :
1. Hipoksia
hiposik yaitu bila PO2 darah dari arteri berkurang.
2. Hipoksi
anemic yaitu bila PO2 darah arteri normal namun jumlah hemoglobin yang tersedia
untuk mengangkut O2 berkurang. Saat istirahat, hipoksia akibat anemia tidaklah
berat, meskipun begitu penderita anemia mengalami kesulitan cukup besar waktu
melakukan aktivitas fisik karena adanya keterbatasan kemampuan untuk
meningkatkan pengangkutan O2 ke jaringan
yang aktif.
3. Hipoksia
stagnan atau istemik yaitu bila aliran darah ke jaringan sangat rendah sehingga
O2 yang dihantarkan ke jaringan tidak cukup, meskipun PO2 dan kkonsentrasi
hemoglobin normal. Hipoksia akibat sirkulas yang lambat merupakan masalah bagi
organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan
otak mengalami kerusakan akibat hiposia stagnan pada gagal jantung kongestif.
Pada keadaan normal, aliran daran ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan
hipotensi jangka panjang untuk menimbulkan kerusakan yang berarti.
4. Hipoksia
Histotoksik, yaitu bila jumlah O2 yang dihantarkan ke jaringan memadai, namun
oleh karena kerja suatu agen toksik, sel jaringan tak mampu menggunakan O2 yang
diberikan. Hipoksia yang diberikan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering disebabkan keracunan sianida.
Sianida menghambat sitokrom oksidase dan mungkin beberapa enzim lainnya. Biru
metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat
tersebut bekerja dengan membentuk methemoglobin, yang akan bereaksi dengan
sianida, menghasilkan sianmethemoglobin, yakni suatu senyawa non-toksik.
Kemampuan pengobatan dengan menggunakan senyawa ini tentu saja terbatas pada
jumlah methemoglobin yang dapat terbentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen
hiperbarik juga dapat bermanfaat.
Hipoksia
dapat disebabkan oleh :
1. Penurunan
kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa O2.
2. Penurunan
konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3. Ketidakmampuan
jaringan untuk mengambil O2 dari darah, seperti yang terjadi pada kasus
keracunan sianida.
4. Penurunan
difusi O2 dari alveoli ke darah, seperti pada kasus pneumonia
5. Perfusi
darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk, seperti yang terjadi pada
syok.
6. Kerusakan
ventilasi, seperti yang terjadi pada fraktura iga multiple atau trauma dada.
Gejala-gejala
hipoksia umum tergantung pada tingkat keparahan dan percepatan onset. Dalam
kasus penyakit ketinggian, dimana hipoksia mengembangkan secara bertahap,
gejala-gejala termasuk sakit kepala, kelelahan, sesak napas, perasaan euforia
dan mual. Pada hipoksia berat, atau hipoksia onset yang sangat cepat, perubahan
tingkat kesadaran, kejang, koma, priapisme, dan kematian terjadi. parah
hipoksia menginduksi perubahan warna biru pada kulit, yang disebut sianosis.
Karena hemoglobin merah gelap bila tidak terikat untuk oksigen
(deoxyhemoglobin), yang bertentangan dengan warna merah kaya yang telah ketika
terikat oksigen (oksihemoglobin), jika dilihat melalui kulit ini memiliki
kecenderungan meningkat untuk memantulkan cahaya biru kembali ke mata. Dalam
kasus di mana oksigen dipindahkan oleh molekul lain, seperti karbon monoksida,
kulit mungkin muncul 'ceri merah' bukan cyanotic.
Pengobatan
hipoksia Untuk mengatasi pengaruh dari-ketinggian penyakit tinggi, tubuh harus
kembali arteri PO2 menuju normal. Aklimatisasi, cara-cara yang tubuh
beradaptasi dengan ketinggian yang lebih tinggi, hanya sebagian mengembalikan
PO2 ke tingkat standar. Hiperventilasi, tubuh yang paling umum respon terhadap
kondisi ketinggian-tinggi, meningkatkan alveolar PO2 dengan meningkatkan
kedalaman dan tingkat pernapasan. Namun, sementara PO2 tidak membaik dengan
hiperventilasi, tidak kembali normal. Studi penambang dan astronom yang bekerja
di 3000 meter dan di atas menunjukkan peningkatan alveolar PO2 dengan
aklimatisasi penuh, namun tingkat PO2 tetap sama dengan atau bahkan di bawah
ambang batas untuk terapi oksigen terus-menerus untuk pasien dengan penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK). Selain itu, ada komplikasi terlibat dengan
aklimatisasi. Polycythemia, di mana tubuh akan meningkatkan jumlah sel darah
merah dalam sirkulasi, mengental darah, meningkatkan bahaya bahwa jantung tidak
dapat memompa itu.
B. Hipokapnia
Hipokapnia
adalah CO2 darah arteri lebih rendah dari normal. Hipokapnia juga merupakan
penurunan jumlah karbon dioksida dalam darah yang disebabkan oleh
hiperventilasi (pernafasan cepat). Saat melakukan hiperventilasi volunteer,
PCO2 darah arteri akan turun dari 40mmHg sampai serendah 15 mmHg, sementara PO2
alveolus meningkat sampai 120-140 mmHg. Tanda dan Gejala Hipokapnia : Sering
mendesah, menguap, pusing, palpitasi, tangan dan kaki kesemutan, baal, kedutan
otot, kejang
C.
Hiperkapnia
Hiperkapnia
adalah peningkatam kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan
hipoksia. Penyeabab utama
hiperkapnia adalah penyakit obstruktif saluran napas, obat-obat yang menekan
fungsi pernapasan, trauma dada atau pembedahan abdominal yang mengakibatkan
pernapasan menjadi dangkal, dan kehilangan jaringan paru.
Tanda hiperkapnia
adalah :
kekacauan mental yang
berkembang menjadi koma, sakit kepala (vasodilatasi serebral), asteriksis atau
tremor kasar pada tangan (flaping tremor), disertai tangan dan kaki yang terasa
panas dan berkeringat (akibat vasodilatasi perifer karena hiperkapnia).
Pada penderita dengan gejala tersebut
didapatkan peningkatan PCO2 yang tinggi, asidosis respiratorik berat, dan kadar
HCO3 plasma yang dapat melebihi 40 meq/L. Sejumlah besar HCO3 akan
diekskresikan, namun HCO3 yang direabsorpsi lebih banyak lagi sehingga HCO3
plasma meningkat dan mengkompensasi sebagaian asidosis.
Hiperkapnia
kronik akibat penyakit paru kronik dapat mengakibatkan pasien sangat toleran
terhadap PaCO2 yang tinggi, sehingga pernapasan terutama dikendalikan oleh
hipoksia. Dalam keadaan ini, bila diberikan oksigen, pernapasan akan dihambat
sehingga hiperkapnia bertambah berat. Beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan
hiperkapnia adalah Drive respiratori yang insufisien, defek ventilatori pump,
beban kerja yang sedemikian besar sehingga terjadi kecapaian pada otot
pernafasan dan penyakit intrinsik paru.
D.
Hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan
penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain meningkatnya PaCO2 juga
terdapat asidosis respirasi yang sebanding dengan kemampuan bufer jaringan dan
ginjal. Penyebab hipoventilasi global adalah overdosis obat yang menekan pusat
pernafasan. Penyebab terjadinya hiperventilasi
adalah pernafasan yang sangat cepat dan dalam yang menyebabkan terlalu banyak
jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Jika cemas berkurang
dan napas kembali normal, maka hiperventilasi akan mereda. Penyebab yang paling
sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik :
rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah rendah, demam, over doosis
aspirin.
Pada
klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan
dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon
dioksida yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbon dioksida yang
tinggi dan kemoreseptor yang peka pda hakikatnya tidak berfungsi. Klien ini
terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang
diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk
bernapas negative. Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari
24% sampai 28% ,1 sampai 3 Liter/menit) mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk
bernafas, sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan
menyebabkan nafas terhenti.
Tanda dan gejala
hipoventilasi alveolar
Pusing ,Nyeri kepala (dapat dirasakan di
daerah oksiptal hanya saat terjaga, Disorientasi , Penurunan kemampuan
mengikuti instruksi , Disritmia jantung ,Ketidakseimbangan elektrolit,
Konvulsi, Koma
E.
Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh
dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan
dalam.
Penyebab Dan Mekanisme
Biasanya
disebabkan oleh tekanan psikis / stres psikis misalnya histeria, takut yang
berlebihan, sedih yang berlebihan atau marah. Napas yang berlebihan menyebabkan
perubahan kimiawi darah yaitu meningkatkan level pH menjadi alkalis.
Penyebab
terjadinya hiperventilasi adalah pernafasan yang sangat cepat dan dalam yang
menyebabkan terlalu banyak jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah. Jika cemas berkurang dan napas kembali normal, maka hiperventilasi akan
mereda.
Penyebab
yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis
respiratorik : rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah rendah, demam,
over doosis aspirin. Gejala alkalosis respiratorik dapar membuat penderita
cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal pada sekitar bibir dan wajah. Jika
keadaan makin memburuk bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Hiperventilasi
juga disebabkan kimiawi. Keracunan salsilat (aspirin) memyebabkan kelebihan
stimulus pada pusat pernapasan karena tubuh berusaha mengompensasi kelebihan
karbon dioksida. Amfetamin juga meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan
produksi karbon dioksida. Hiperventilasi juga dapat terjadi ketika tubuh
berusaha mengompensasi asidosis metabolic dengan memproduksi alkalosis
respiratorik. Ventilasi meningkat untuk menurunkan jumlah karbon dioksida yang
tersedia untuk membentuk asam karbonat.
Pengobatan
yang dibutuhkan adalah perlambatan pernafasan jika penyebabnya adalah
kecemasan, memperlambat pernafaan dapat meredakan penyakit ini. Jika
penyebabnya adalah rasa nyeri, berikan obat pereda rasa nyeri. Atau
menghembuskan nafas dalam kantong kertas, dapat membantu meningkatkan
karbondioksida, setelah penderita menghirup karbondioksida yang telah
dihembuskan sebelumnya. Pilihan ini adalah mengajarkan penderita untuk menahan
nafas selama mungkin. Kemudian menarik nafas dangkal dan menahan nafas kembali
hal ini dilakukan berulang kali dalam satu rangkaian sebanyak 6 kali sampai 10
kali. Apabila kadar karbondioksida mulai meningkat itu berarti gejala
hiperventilasi mulai membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan
menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
Tujuan ventilasi ialah
menghasilkan tegangan karbon dioksida di arteri yang normal dan mempertahankan
tegangan oksigen di arteri yang normal. Hiperventilasi dan hipoventilasi
berkaitan dengan ventilasi alveolar dan bukan berkaitan dengan frequensi
pernapasan klien. Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang
dibutuhkan untuk mengeliminasi karbon dioksida normal di vena,yang diproduksi
melalui metabolisme seluler. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh : Ansietas
(kecemasan) , Infeksi ,Obat-obatan , Ketidakseimbangan asam basa ,Hipoksia yang
dikaitkan dengan embolus paru atau syok.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
di atas maka dapat di simpulkan :
Hipoksia adalah
kekurangan O2 ditingkat jaringan atau defisiensi oksigen karena berkurangnya
kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan
organ.
Hipokapnia adalah
penurunan kadar CO2 dalam darah, biasanya terjadi akibat hiperventilasi
(pernafasan cepat) dan penghembusan CO2 mnyebabkan terjadinya alkalosis (jumlah
bikarbonat berlebih).
Hiperkapnia adalah
peningkatam kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan hipoksia.
Jika CO2 berlebih akan meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hydrogen yang
akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebihan).
Hipoventilasi terjadi
ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau
mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat.
Hiperventilasi
merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebihan, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbon dioksida normal di vena, yang diproduksi melalui
metabolism selular. Heperventilasi dapat disebabkan oleh ansietas, infeksi,
obat-obatan, ketidakseimbangan asam basa, dan hipoksia yang dikaitkan dengan
embolus paru atau syok.
DAFTAR PUSTAKA
http://udayatimade.blogspot.com/2011/05/gejala-kecukupan-oksigen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar