BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hormon
adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell
untuk mencari sel target. Ketika hormon
menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada
permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut
dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah
aktivitas protein selular.
Pengaturan produksi hormon dilakukan oleh
hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar
yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol
kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan
memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim
faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya
dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
Dalam pembuatan makalah ini akan dibahas atau dijelaskan tentang hormon yang berkaitan dengan eliminasi.
Dalam pembuatan makalah ini akan dibahas atau dijelaskan tentang hormon yang berkaitan dengan eliminasi.
B. Rumusan
Masalah
1. Jelaskan
tentang pengertian eliminasi!
2. Apa
saja gangguan pada proses eliminasi?
3. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses eliminasi?
4. Hormon
apa sajakah yang terlibat dalam proses eliminasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui
dan memahami pengertian eliminasi.
2. Mengetahui
dan memahami gangguan pada proses eliminasi.
3. Mengetahui
dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses eliminasi.
4. Mengetahui
dan memahami hormon apa sajakah yang terlibat dalam proses eliminasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Eliminasi
Eliminasi adalah proses
pembuangan sisa metabolism tubuh baik
berupa urine atau bowel (feses).
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine
adalah ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra. Pada eliminasi urine normal sangat
tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun
tidur . Normal miksi sehari 5 kali.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari
anus dan rektum. Hal ini juga di sebut
bowel movemen. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi
dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses
ke kolon sigmoid dan rektum ,saraf sensoris dalam rektum di rangsang dan
individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk devekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting
untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan
masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karena fungsi usus
tergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola eliminasi dan kebiasaan
masing-masing orang berbada.
B. Gangguan
pada Proses Eliminasi
Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi
pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah
dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan
orang-orang disekitarnya. Macam-macam
gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis
a. Gangguan eliminasi urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan
di mana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi
eliminasi urin. Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan di
lakukan katerisasi urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter kedalam
kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
1) Retensi, yaitu
adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih
untuk mengosongkan diri.
2) Kontinensi
urine, yaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen otot sfingter exsterna
untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
3) Enuresis, sering terjadi
pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal
enuresis ),
dapat terjadi
satu kali atau lebih
dalam semalam.
4) Urgency, adalah
perasaan seseorang untuk berkemih.
5) Dysuria, adanya
rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih .
b. Gangguan
eliminasi fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah
keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis
pada usus besar. Mengakibatkan jatang
buang air besar, feses keras dan kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal
biasanya dilakukan huknah. Baik huknah
tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan
cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul
rekti.
C. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Proses Eliminasi
Ada
beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi feses dan urine. Faktor tersebut antara lain:
1.
Usia
Usia bukan hanya berpengaruh pada
eliminasi feses dan urine saja, tetapi juga berpengaruh terhadap kontrol
eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih
belum mampu untuk mengontrol buang air besar maupun buang air kecil karena
sistem neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. Manusia usia lanjut juga akan mengalami
perubahan dalam eliminasi tersebut. Biasanya terjadi penurunan torus otot,
sehingga peristaltik menjadi lambat. Hal
tersebut menyebabkan kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga
pada manusia usia Ian jut berisiko mengalami konstipasi. Begitu pula pada eliminasi urine, terjadi
penurunan kontrol otot sphincter sehingga terjadi inkontinensia.
2.
Diet
Makanan merupakan faktor utama yang
berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Makanan berserat sangatlah diperlukan untuk
pembentukan feses. Makanan yang rendah
serat menyebabkan pergerakan sisa digestif menjadi lambat mencapai rektum,
sehingga meningkatkan penyerapan air. Hal ini berakibat terjadinya konstipasi. Makan yang teratur sangat berpengaruh pada
keteraturan defekasi.
Di samping itu, pemilihan makanan
yang kurang memerhatikan unsur manfaatnya, misalnya jengkol, dapat menghambat
proses miksi. Jengkol dapat menghambat
miksi karena kandungan pada jengkol, yaitu asam jengkolat, dalam jumlah yang
banyak dapat menyebabkan terbentuknya kristal asam jengkolat yang akan
menyumbat saluran kemih sehingga pengeluaran urine menjadi terganggu. Selain itu, urine juga dapat menjadi bau
jengkol.
Malnutrisi menjadi dasar terjadinya
penurunan tonus otot, sehingga mengurangi kemampuan seseorang untuk
mengeluarkan feses maupun urine. Selain
itu, yang paling penting akibat malnutrisi terhadap eliminasi fekal dan urine
adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menyerang pada organ
pencernaan maupun organ perkemihan.
3.
Cairan
Intake cairan berpengaruh pada
eliminasi fekal dan urine. Bila intake
cairan tidak adekuat atau output cairan yang berlebihan, maka tubuh akan mengabsorbsi
cairan dari usus besar dalam jumlah besar. Hal tersebut menyebabkan feses menjadi keras,
kering, dan sulit melewati saluran pencernaan. Pada eliminasi urine, kurangnya intake cairan
menyebabkan volume darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi menjadi
berkurang sehingga urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
4.
Latihanfisik
Latihan fisik membantu seseorang
untuk mempertahankan tonus otot. Tonus
otot yang baik dari otot-otot abdominal, otot pelvis, dan diafragma sangat
penting bagi defekasi dan miksi. Latihan
fisik juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik.
5.
Strespsikologis
Stres yang berlebihan akan memengaruhi eliminasi fekal dan urine. Ketika seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia akan mengalami diare ataupun beser. Namun, adapula yang menyebabkan sulit buang air besar.
Stres yang berlebihan akan memengaruhi eliminasi fekal dan urine. Ketika seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia akan mengalami diare ataupun beser. Namun, adapula yang menyebabkan sulit buang air besar.
6.
Temperatur
Eliminasi dipengaruhi oleh
temperatur tubuh. Seseorang yang demam
akan mengalami peningkatan penguapan cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas
metabolik. Hal tersebut menyebabkan
tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi terjadi konstipasi
dan pengeluaran urine menjadi sedikit. Selain itu, demam juga dapat memengaruhi
terhadap nafsu makan yaitu terjadi anoreksia, kelemahan otot, dan penurunan
intake cairan.
D. Hormon-hormon
yang Terlibat pada Proses Elminasi.
1.
ADH (Anti Deuretik Hormon)
Hormon ini memiliki peran dalam
meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam
tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel (Frandson,2003 )
Dibentuk dalam nucleus supraoptik
dan mengandung asam amino. Mekanisme
kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian
besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari
tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH: bila cairan
ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar
dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal
saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu
encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk
menurunkan sekresi ADH.
2.
Mineralcorticoids
Mineralcorticoids adalah hormon
steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan
air dalam tubuh misalnya keringat, urin, empedu dan air liur.
a. Aldosteron
Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan
mineralkortikoid yang disekresi dari bagian terluar zona glomerulosa pada
bagian korteks kelenjar adrenal, yang berpengaruh terhadap tubulus distal dan
collecting ducts dari ginjal sehingga terjadi peningkatan penyerapan kembali
partikel air, ion, garam oleh ginjal dan sekresi potasium pada saat yang
bersamaan. Hal ini menyebabkan
peningkatan volume dan tekanan darah.
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi
oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh
adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin (
Frandson, 2003)
95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon
ini. Sekresi aldosteron dirangsang oleh
peningkatan K+ atau jatuh dalam Na+ konsentrasi dan
volume darah. Aldosteron mengurangi Na+
(dan Cl-) eliminasi dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari
nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal dan tubulus
convulated mengumpulkan. Ini
mempromosikan K+ eliminasi dan mengurangi kehilangan air.
Jadi Aldosteron adalah hormon yang dihasilkan dan dilepaskan
oleh kelenjar adrenal, memberikan sinyal kepada ginjal untuk membuang lebih
sedikit natrium dan lebih banyak kalium. Pembentukan aldosteron sebagian diatur oleh
kortikotropin pada hipofisa dan sebagian lagi oleh mekanisme kontrol pada
ginjal (sistem renin-angiotensin-aldosteron). Renin adalah enzim yang dihasilkan di dalam
ginjal dan bertugas mengendalikan pengaktivan hormon angiotensin, yang
merangsang pembentukan aldosteron oleh kelenjar adrenal.
3.
Hormon ovarium (estrogen dan
progesteron)
Disekresi
oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormon dari kelenjar hipofisis.
a. Estrogen
Alami yang menonjol
adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan
produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak
hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma
dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda
dalam metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil
benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta. Mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen
tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran
b. Progesteron
metabolism progesterone
yang utama di dalam urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol
(perubahan korteks adrenal). Senyawa ini
dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
4.
Prostaglandin
Prostagladin
merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang,
pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi
ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai
hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis.
Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin
bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke
dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak
secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat
cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama
bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
5.
Glukokortikoidtid
Hormon
ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium( Frandson, 2003).
Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal. Kelenjar ini berbentuk bola yang
menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar
suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar(korteks)dan bagian
dalam (medula).
Salah
satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah
glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon
insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur
kadar gula dalam darah tetap stabil.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eliminasi
adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel
(feses).
Gangguan eliminasi adalah
suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah
laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya.
Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya.
Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi :
a. Usia
b. Diet
c. Cairan
d. Latihan
fisik
e. Stress
psikologis
f.
Temperature
Hormon-hormon yang
terkait dengan eliminasi :
a. Hormon
anti diuretic (ADH)
b. Aldosteron
c. Estrogen
d. Progesterone
DAFTAR
PUSTAKA
Fox S, I. 2004. Human Physiology
eighth Edition. McGraw Hill Comp. New York.
Ganong, W. F. 1993. Review of Medical Physiology. Appleton & Lange. USA.
Guyton, A. C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Penerbit Buku
Ganong, W. F. 1993. Review of Medical Physiology. Appleton & Lange. USA.
Guyton, A. C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Kimball J.W,. 1983. Biologi edisi Kelima Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Many. T, N. 1990. Hormon from Molecular to disease. Chapman and hall. New
Kimball J.W,. 1983. Biologi edisi Kelima Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Many. T, N. 1990. Hormon from Molecular to disease. Chapman and hall. New
York.
terima kasih
BalasHapusini sangat membantu