Rabu, 23 April 2014

IDK 1 (Ilmu Dasar Keperawatan) : Tanda dan Gejala Kecukupan oksigen

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru-paru berkontraksi.  Kerja pernafasan ditentukan oleh tingkat kompliansi paru (kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai respon terhadap peningkatan tekanan intraalveoral), tahanan jalan nafas (perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli terkait dengan keccepatan aliran gas yang diinspirasi) , keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan hipoksia?
2.      Apakah yang dimaksud dengan hipokapnia?
3.      Apakah yang dimaksud dengan hiperkapnia?
4.      Apakah yang dimaksud dengan hipoventilasi?
5.      Apakah yang dimaksud dengan hiperventilasi?

C.     Tujuan
Tujuan yang diharapkan penulis adalah agar pembaca dapat menngetahui dan memahami tentang hipoksia, hipokapnia, hiperkapnia, hipoventilasi, dan hiperventilasi.



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan O2 di tingkat jaringan atau defisiensi oksigen karena berkurangnya kadar O2 dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan Organ. Tanda dan gejala  hipoksia : Rasa cemas, takut, ansieas, tidak mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, pusing, perubahan perilaku, disorientasi, peningkatan keletihan, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi serta kedalaman pernapasan, peningkatan tekanan darah, disritmia jantung (gangguan irama jantung), pucat, sianosis (suatu perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan akibat  adanya hemoglobin yang ersaturasi di kapiler), Clubbing dan Dispnea.
Secarumum hipoksia dibagi dalam empat jenis, keempa kategori hipoksia adalah sebagai berikut :
1.      Hipoksia hiposik yaitu bila PO2 darah dari arteri berkurang.
2.      Hipoksi anemic yaitu bila PO2 darah arteri normal namun jumlah hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut O2 berkurang. Saat istirahat, hipoksia akibat anemia tidaklah berat, meskipun begitu penderita anemia mengalami kesulitan cukup besar waktu melakukan aktivitas fisik karena adanya keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan pengangkutan O2 ke jaringan  yang aktif.
3.      Hipoksia stagnan atau istemik yaitu bila aliran darah ke jaringan sangat rendah sehingga O2 yang dihantarkan ke jaringan tidak cukup, meskipun PO2 dan kkonsentrasi hemoglobin normal. Hipoksia akibat sirkulas yang lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat hiposia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran daran ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka panjang untuk menimbulkan kerusakan yang berarti.
4.      Hipoksia Histotoksik, yaitu bila jumlah O2 yang dihantarkan ke jaringan memadai, namun oleh karena kerja suatu agen toksik, sel jaringan tak mampu menggunakan O2 yang diberikan. Hipoksia yang diberikan oleh hambatan proses oksidasi jaringan  paling sering disebabkan keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidase dan mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan membentuk methemoglobin, yang akan bereaksi dengan sianida, menghasilkan sianmethemoglobin, yakni suatu senyawa non-toksik. Kemampuan pengobatan dengan menggunakan senyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat terbentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik juga dapat bermanfaat.
Hipoksia dapat disebabkan oleh :
1.      Penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa O2.
2.      Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3.      Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil O2 dari darah, seperti yang terjadi pada kasus keracunan sianida.
4.      Penurunan difusi O2 dari alveoli ke darah, seperti pada kasus pneumonia
5.      Perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk, seperti yang terjadi pada syok.
6.      Kerusakan ventilasi, seperti yang terjadi pada fraktura iga multiple atau trauma dada.
Gejala-gejala hipoksia umum tergantung pada tingkat keparahan dan percepatan onset. Dalam kasus penyakit ketinggian, dimana hipoksia mengembangkan secara bertahap, gejala-gejala termasuk sakit kepala, kelelahan, sesak napas, perasaan euforia dan mual. Pada hipoksia berat, atau hipoksia onset yang sangat cepat, perubahan tingkat kesadaran, kejang, koma, priapisme, dan kematian terjadi. parah hipoksia menginduksi perubahan warna biru pada kulit, yang disebut sianosis. Karena hemoglobin merah gelap bila tidak terikat untuk oksigen (deoxyhemoglobin), yang bertentangan dengan warna merah kaya yang telah ketika terikat oksigen (oksihemoglobin), jika dilihat melalui kulit ini memiliki kecenderungan meningkat untuk memantulkan cahaya biru kembali ke mata. Dalam kasus di mana oksigen dipindahkan oleh molekul lain, seperti karbon monoksida, kulit mungkin muncul 'ceri merah' bukan cyanotic.
Pengobatan hipoksia Untuk mengatasi pengaruh dari-ketinggian penyakit tinggi, tubuh harus kembali arteri PO2 menuju normal. Aklimatisasi, cara-cara yang tubuh beradaptasi dengan ketinggian yang lebih tinggi, hanya sebagian mengembalikan PO2 ke tingkat standar. Hiperventilasi, tubuh yang paling umum respon terhadap kondisi ketinggian-tinggi, meningkatkan alveolar PO2 dengan meningkatkan kedalaman dan tingkat pernapasan. Namun, sementara PO2 tidak membaik dengan hiperventilasi, tidak kembali normal. Studi penambang dan astronom yang bekerja di 3000 meter dan di atas menunjukkan peningkatan alveolar PO2 dengan aklimatisasi penuh, namun tingkat PO2 tetap sama dengan atau bahkan di bawah ambang batas untuk terapi oksigen terus-menerus untuk pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Selain itu, ada komplikasi terlibat dengan aklimatisasi. Polycythemia, di mana tubuh akan meningkatkan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi, mengental darah, meningkatkan bahaya bahwa jantung tidak dapat memompa itu.
B.     Hipokapnia
Hipokapnia adalah CO2 darah arteri lebih rendah dari normal. Hipokapnia juga merupakan penurunan jumlah karbon dioksida dalam darah yang disebabkan oleh hiperventilasi (pernafasan cepat). Saat melakukan hiperventilasi volunteer, PCO2 darah arteri akan turun dari 40mmHg sampai serendah 15 mmHg, sementara PO2 alveolus meningkat sampai 120-140 mmHg. Tanda dan Gejala Hipokapnia : Sering mendesah, menguap, pusing, palpitasi, tangan dan kaki kesemutan, baal, kedutan otot, kejang
C.     Hiperkapnia
Hiperkapnia adalah peningkatam kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan hipoksia.            Penyeabab utama hiperkapnia adalah penyakit obstruktif saluran napas, obat-obat yang menekan fungsi pernapasan, trauma dada atau pembedahan abdominal yang mengakibatkan pernapasan menjadi dangkal, dan kehilangan jaringan paru.
Tanda hiperkapnia adalah :
kekacauan mental yang berkembang menjadi koma, sakit kepala (vasodilatasi serebral), asteriksis atau tremor kasar pada tangan (flaping tremor), disertai tangan dan kaki yang terasa panas dan berkeringat (akibat vasodilatasi perifer karena hiperkapnia).
 Pada penderita dengan gejala tersebut didapatkan peningkatan PCO2 yang tinggi, asidosis respiratorik berat, dan kadar HCO3 plasma yang dapat melebihi 40 meq/L. Sejumlah besar HCO3 akan diekskresikan, namun HCO3 yang direabsorpsi lebih banyak lagi sehingga HCO3 plasma meningkat dan mengkompensasi sebagaian asidosis.
Hiperkapnia kronik akibat penyakit paru kronik dapat mengakibatkan pasien sangat toleran terhadap PaCO2 yang tinggi, sehingga pernapasan terutama dikendalikan oleh hipoksia. Dalam keadaan ini, bila diberikan oksigen, pernapasan akan dihambat sehingga hiperkapnia bertambah berat. Beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan hiperkapnia adalah Drive respiratori yang insufisien, defek ventilatori pump, beban kerja yang sedemikian besar sehingga terjadi kecapaian pada otot pernafasan dan penyakit intrinsik paru.
D.     Hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain meningkatnya PaCO2 juga terdapat asidosis respirasi yang sebanding dengan kemampuan bufer jaringan dan ginjal. Penyebab hipoventilasi global adalah overdosis obat yang menekan pusat pernafasan.  Penyebab terjadinya hiperventilasi adalah pernafasan yang sangat cepat dan dalam yang menyebabkan terlalu banyak jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Jika cemas berkurang dan napas kembali normal, maka hiperventilasi akan mereda. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik : rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah rendah, demam, over doosis aspirin.
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbon dioksida yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pda hakikatnya tidak berfungsi. Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative. Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28% ,1 sampai 3 Liter/menit) mencegah penurunan  PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernafas, sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan nafas terhenti.

Tanda dan gejala hipoventilasi alveolar
 Pusing ,Nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksiptal hanya saat terjaga, Disorientasi , Penurunan kemampuan mengikuti instruksi , Disritmia jantung ,Ketidakseimbangan elektrolit, Konvulsi, Koma
E.      Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam.
Penyebab Dan Mekanisme
Biasanya disebabkan oleh tekanan psikis / stres psikis misalnya histeria, takut yang berlebihan, sedih yang berlebihan atau marah. Napas yang berlebihan menyebabkan perubahan kimiawi darah yaitu meningkatkan level pH menjadi alkalis.
Penyebab terjadinya hiperventilasi adalah pernafasan yang sangat cepat dan dalam yang menyebabkan terlalu banyak jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Jika cemas berkurang dan napas kembali normal, maka hiperventilasi akan mereda.
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik : rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah rendah, demam, over doosis aspirin. Gejala alkalosis respiratorik dapar membuat penderita cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal pada sekitar bibir dan wajah. Jika keadaan makin memburuk bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Hiperventilasi juga disebabkan kimiawi. Keracunan salsilat (aspirin) memyebabkan kelebihan stimulus pada pusat pernapasan karena tubuh berusaha mengompensasi kelebihan karbon dioksida. Amfetamin juga meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan produksi karbon dioksida. Hiperventilasi juga dapat terjadi ketika tubuh berusaha mengompensasi asidosis metabolic dengan memproduksi alkalosis respiratorik. Ventilasi meningkat untuk menurunkan jumlah karbon dioksida yang tersedia untuk membentuk asam karbonat.
Pengobatan yang dibutuhkan adalah perlambatan pernafasan jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafaan dapat meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, berikan obat pereda rasa nyeri. Atau menghembuskan nafas dalam kantong kertas, dapat membantu meningkatkan karbondioksida, setelah penderita menghirup karbondioksida yang telah dihembuskan sebelumnya. Pilihan ini adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafas selama mungkin. Kemudian menarik nafas dangkal dan menahan nafas kembali hal ini dilakukan berulang kali dalam satu rangkaian sebanyak 6 kali sampai 10 kali. Apabila kadar karbondioksida mulai meningkat itu berarti gejala hiperventilasi mulai membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
Tujuan ventilasi ialah menghasilkan tegangan karbon dioksida di arteri yang normal dan mempertahankan tegangan oksigen di arteri yang normal. Hiperventilasi dan hipoventilasi berkaitan dengan ventilasi alveolar dan bukan berkaitan dengan frequensi pernapasan klien. Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbon dioksida normal di vena,yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh : Ansietas (kecemasan) , Infeksi ,Obat-obatan , Ketidakseimbangan asam basa ,Hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau syok.














BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat di simpulkan :
Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan atau defisiensi oksigen karena berkurangnya kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ. 
Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2 dalam darah, biasanya terjadi akibat hiperventilasi (pernafasan cepat) dan penghembusan CO2 mnyebabkan terjadinya alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih).
Hiperkapnia adalah peningkatam kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan hipoksia. Jika CO2 berlebih akan meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hydrogen yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebihan).
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat.
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebihan, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbon dioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolism selular. Heperventilasi dapat disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam basa, dan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau syok.





DAFTAR PUSTAKA

http://udayatimade.blogspot.com/2011/05/gejala-kecukupan-oksigen.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar