Rabu, 23 April 2014

Askep Kardiovaskular : ASD ( Atrial Septal Defect)

A.    Pengertian Atrial Septal Defect (ASD)
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakron. Tiga macam variasi yang terdapat pada ASD, yaitu
1.      Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah septum, mungkin disertai kelainan katup mitral.
2.      Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.
3.      Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan Atrium Kanan.
B.     Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
1.      Faktor-faktor tersebut diantaranya Faktor Prenatal
a.       Ibu menderita infeksi Rubella
b.      Ibu alkoholisme
c.       Umur ibu lebih dari 40 tahun
d.      Ibu menderita IDDM
e.       Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2.      Faktor genetik
a.       Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b.      Ayah atau ibu menderita PJB
c.       Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d.      Lahir dengan kelainan bawaan lain
C.     Patofisiologi
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibatvolume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.
D.    Manifestasi
1.      Bising sistolik tipe ejeksi di daerah sela iga dua/tiga pinggir sternum kiri.
2.      Dyspnea
3.      Aritmia
4.      Sesak nafas
5.      Lelah selama aktivitas (kelemahan fisik, letih, lelah).
6.      Anoreksia, mual, muntah kadang - kadang terjadi
E.     Pathway


 



F.      KOMPLIKASI
1.      Gagal Jantung
2.      Penyakit pembuluh darah paru
3.      Endokarditis
4.      Aritmia
G.    Pemeriksaan penunjang
1.      Laboratorium
2.      Foto thorax
3.      EKG ; deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD Secundum; RBBB,RVH
4.      Echo
5.      Kateterisasi jantung ; prosedur diagnostik dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam serambi jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sample darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan.
6.      TEE (Trans Esophageal Echocardiography)
H.    Terapi medis
1.      Pembedahan penutupan defek dianjurkan pada saat anak berusia 5-10 tahun. Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, dan bila terjadi sindrome Eisenmenger, umumnya menunjukkan prognosis buruk.
2.      Amplazer Septal Ocluder
3.      Sadap jantung (bila diperlukan).
I.       Penatalaksanaan
1.      Jika besar perbandingan aliran pintas > 1,5 dianjurkan untuk dilakukan operasi. Karena resistensi kapiler paru sangat tinggi.
2.      Penutupan defek interatrial dapat dilakukan dengan jahitan langsung atau penempelan patch.
3.      Pada pasien dengan resistensi kapiler paru yang sangat tinggi dan tidak dapat dioperasi, dapat dibantu dengan obat vasodilator, antagonis kalsiun, dll.
4.      untuk gagal jantung, pengobatan sama dengan pengobatan gagal jantung lainnya.
5.      Operasi sangat dianjurkan pada saat berumur 5-10 tahun.
6.      Wanita dengan ASD dan minum pil anti hamil memerlukan evaluasi lebih lanjut setelah pil tersebut dihentikan, karena resistensi kapiler paru dapat menurun
J.       Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap jantung.
b.      Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
c.       Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi:
1)      Inspeksi :
a)      Status nutrisi. Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung.
b)      Warna. Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering menyertai penyakit jantung.
c)      Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada.
d)     Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
e)      Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea, dispnea, adanya dengkur ekspirasi).
Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung kongenital.
f)       Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas dari beberapa jenis penyakit jantung.
2)      Palpasi dan perkusi :
a)      Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat mampalpasi)
b)      Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.
c)      Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat menunjukkan ketidaksesuaian.
3)      Auskultasi
a)      Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung.
b)      Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi dan intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek jantung.
c)      Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.
d)     Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung (mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah)
2.      Rencana asuhan keperawatan
a.       Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur.
1)      Tujuan :
a)      Klien akan menunjukkan perbaikan curah jantung
2)      Kriteria hasil :
a)      Frekwensi jantung, tekanan darah, dan perfusi perifer berada pada batas normal sesuai usia.
b)      Keluaran urine adekuat (antara 0,5 – 2 ml/kgbb, bergantung pada usia )
3)      Intervensi keperawatan/rasional
a)      Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.
b)       Beri obat penurun afterload sesuai program
c)      Beri diuretik sesuai program
b.      Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
1)      Tujuan :Klien mempertahankan tingkat energi yang adekuat tanpa stress tambahan.
2)      Kriteria hasil :
a)      Anak menentukan dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
b)      Anak mendapatkan waktu istirahat/tidur yang tepat.
3)      Intervensi keperawatan/rasional
a)      Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan.
b)      Anjurkan permainan dan aktivitas yang tenang.
c)      Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan.
d)     Hindari suhu lingkungan yang ekstrem karena hipertermia atau hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen.
e)      Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas.
f)       Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari distress.
c.       Diagnosa keperawatan : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.
1)      Tujuan :
Pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
Anak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan usia
2)      Kriteria hasil :
a)      Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
b)       Anak melakukan aktivitas sesuai usia
c)      Anak tidak mengalami isolasi sosial
3)      Intervensi Keperawatan/rasional
a)      Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.
b)      Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk menentukan kecenderungan pertumbuhan.
c)      Dapat memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia, bila dianjurkan.
d)     Dorong aktivitas yang sesuai usia.
e)      Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.
f)       Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.
d.      Diagnosa Keperawatan : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit jantung (ASD)
1)      Tujuan :
Klien/keluarga mengalami penurunan rasa takut dan ansietas
Klien menunjukkan perilaku koping yang positif
2)      Kriteria hasil :
Keluarga mendiskusikan rasa takut dan ansietasnya
Keluarga menghadapi gejala anak dengan cara yang positif
3)      Intervensi Keperawatan/rasional :
a)      Diskusikan dengan orang tua dan anak (bila tepat) tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering menyebabkan ansietas/rasa takut.
b)      Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak selama hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah.
c)      Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak untuk mencegah kelelahan pada diri mereka sendiri.
d)     Bantu keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan metode disiplin yang tepat untuk anak.
3.      Evaluasi
Proses: langsung setalah setiap tindakan
Hasil: tujuan yang diharapkan
a.       Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia
b.      Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia
c.       Anak bebas dari komplikasi pascabedah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar