Rabu, 23 April 2014

IDK 1 (Ilmu Dasar Keperawatan 1) : Eliminasi

BAB I
PENDAHULUAN 
A.     Latar Belakang
Eliminasi merupakan pembuangan sisa proses di dalam tubuh. Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan dalam  tubuh (homeostasis). Kebutuhan eliminasi dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya, usia, diet, latihan fisik dan lain-lain.
Sistem yang berperan dalam eliminasi atau proses pembuangan meliputi hampir semua sitem tubuh. Jika terjadi gangguan terhadap eliminasi, maka sistem tubuh yang berperan juga terganggu. Untuk itu, diperlukan pengetahuan tentang kebutuhan proses eliminasi sampah metabolisme
B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana proses eliminasi sisa metabolisme?
  2. Faktor apa saja yang memengaruhi eliminasi sisa metabolisme?
  3. Apa saja gangguan-gangguan pada proses eliminasi sisa metabolisme?
C.      Tujuan
  1. Untuk mengetahui proses eliminasi sisa metabolisme
  2. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi eliminasi sisa metabolisme
  3. Untuk mengetahui gangguan-gangguan pada proses eliminasi sisa metabolisme


BAB II
PEMBAHASAN
A. Eliminasi Sisa Metabolisme
Eliminasi sisa metabolisme merupakan pembuangan sampah dari proses metabolisme tubuh. Beberapa jenis sampah metabolisme yang dibuang oleh tubuh antara lain, air, CO2, urea, dan lain-lain. Sistem tubuh yang berperan dalam proses pembuangan tersebut yaitu, sistem pernapasan, integumen, hepar, endokrin, dan renal. Apabila sistem yang terlibat dalam eliminasi terganggu, maka terjadi perubahan pola eliminasi.
1.      Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa inspirasi (menghirup udara O2) dan ekspirasi (menghembuskan CO2).
Menurut Syaifuddin (2011:382), sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru.
Sementara itu menurut Guyton & Hall (2007:37), tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbondioksida. Untuk mencapai tujuan ini, pernapasan dibagi menjadi empat fungsi utama :
(1) ventilasi paru,
(2) difusi oksigen dan karbondioksida,
(3) pengangkutan oksigen dan karbondioksida, dan
(4) pengaturan ventilasi.
Sistem pernapasan berperan dalam pembuangan karbondioksida dan air. Pembuangan ini juga dipengaruhi oleh fungsi kardiovaskuler. Misalnya,pada seseorang yang mempunyai gangguan pompa jantung kiri di mana kemampuan jantung untuk menerima pengembalian darah yang berasal dari paru-paru mengalami hambatan. Hal tersebut menyebabkan tekanan hidrostatik paru-paru akan naik dan cairan keluar ke intersitial jaringan paru-paru. Akibatnya terjadilah edema paru-paru. Kondisi ini akan mengganggu proses difusi dan compliance paru-paru, sehingga terjadilah gangguan eliminasi CO2 (Asmadi, 2008:91). Selain sebagai alat pernafasan, paru-paru juga sebagai alat ekskresi yaitu mengeluarkan karbondioksida dan uap air.
Paru-paru terletak dalam rongga dada dan bagian bawahnya menempel pada diafragma.
paru-paru2-edited

2.      Sistem Integumen (Kelenjar Keringat)
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat di permukaan tubuh. Pada permukaan kulit terdapat kelenjar keringat yang mengekskresi zat-zat sisa. Zat-zat sisa yang dikeluarkan melalui pori-pori kulit berupa keringat yang tersusun dari air dan garam-garam mineral terutama garam dapur (NaCl) yang merupakan hasil metabolisme protein.
Sistem integumen mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh dan jaringan aksesoris lainnya, termasuk kuku, rambut,dan kelenjar. Syaifuddin (2011:48)  mengatakan  bahwa kulit berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara  kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Kelenjar keringat merupakan kelenjar tubular bergelung tidak bercabang, terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, gland penis, dan gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Terdapat dua macam kelenjar keringat,yaitu :
a.       Kelenjar keringat ekrin yang tersebar di seluruh kulit tubuh kecuali kulup penis, bagian dalam telinga luar, telapak tangan, telapak kaki, dan dahi;
b.      kelenjar keringat apokrin merupakan kelenjar keringat yang besar hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit puting susu, kulit sekitar alat kelamin, dan dubur.
(Syaifuddin, 2011:57).
             Sedangkan, dalam kamus saku kedokteran Dorland (2012:476),  sweat gland (Kelenjar keringat)  merupakan kelenjar yang  menyekresikan keringat, dijumpai pada lapisan dermis atau subkutan, salurannya bermuara dipermukaan tubuh.
Keringat yang dihasilkan ini berasal dari isi pembuluh darah yang berada di sekitar kelenjar keringat tersebut. Keringat ini mengandung air, garam, urea, asam urat, dan sisa metabolisme lainnya. Pengeluaran keringat ini dipengaruhi oleh temperatur. Di mana peningkatan temperatur akan menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sel dan kemudian akan meningkatkan pembentukan keringat. Selain itu, pengeluaran keringat juga dipengaruhi oleh hipotalamus melalui sistem saraf otonom yang  mengaktifkan  saraf  simpatis, sehingga  kelenjar keringat pun menjadi lebih aktif (Asmadi, 2008 : 91).
kulit-penampang
Selain sebagai alat pengeluaran, fungsi kulit sebagai berikut :
a. Pengatur suhu tubuh.
b. Pelindung tubuh dari gangguan fisik berupa tekanan, gangguan biologis berupa jamur dan gangguan yang bersifat kimiawi.
c. Tempat penyimpanan kelebihan lemak.
d. Tempat pembentukan vitamin D dari provitamin D dengan bantuan sinar matahari.
e. Tempat indera peraba dan perasa.
3.      Sistem Hepar
Hati (hepar) merupakan kelenjar aksesori terbesar dalam tubuh, berwarna cokelat, dan beratnya 1000-1800 gram. Hati terletak di dalam rongga perut sebelah kanan atas di bawah diafragma (Syaifuddin, 2011:546).
Fungsinya antara lain sebagai:
a.       tempat penyimpanan dan filtrasi darah,
b.       sekresi empedu,
c.       konvensi gula menjadi glikogen
d.      menyimpan gula dalam bentuk glikogen.
e.        menawarkan racun.
f.         mengubah provitamin A menjadi vitamin A.
g.        mengatur kadar gula dalam darah.
h.        membuat fibrinogen serta protombin.
i.          tempat pembentukan urea
j.         menghasilkan cairan empedu
k.      banyak aktivitas metabolik lainnya (Kamus Saku Kedokteran Dorland, 2012:632).
Jati (2007:128) mengatakan bahwa hati berfungsi sebagai penhgstur keseimbangan nutrien dalam darah dan sebagai organ yang menyekresikan empedu. Hepar juga berperan dalam pembuangan sampah metabolisme. Kelainan pada hepar akan mengakibatkan hepar tidak mempu untuk membuang sisa nitrogen. Asam amino, yang akan digunakan sebagai energi, harus mengalami proses deaminasi dengan dibuangnya gugus amin (NH3) yang merupakan nitrogen. NH3 ini tidak bisa begitu saja dibuang oleh tubuh, tetapi harus di proses dulu di hepar menjadi ureum, urea. Sampah inilah yang akhirnya dibuang melalui keringat dan ginjal (urine) (Asmadi, 2008 : 91).
Hati berperan sebagai alat ekskresi sekaligus alat sekresi, karena hati menghasilkan cairan empedu yang berguna dalam proses pencernaan lemak.
liver-1



4.      Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu  (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke dalam darah dan cairan limfe, beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus (saluran). Hasil sekresi kelenjar tersebut dinamakan hormon endokrin.
http://www.nadidem.net/k/endstm/images/endokrin%20sistem_jpg.jpg
            Hormon endokrin di bawa oleh sistem sirkulasi ke seldi seluruh tubuh, yang meliputi sistem saraf pada beberapa keadaaan tempat hormon tersebut berikatan dengan reseptor dan memulai berbagai reaksi (Guyton&Hall, 2007:951).
Sistem endokrin juga berperan dalam eliminasi sampah metabolisme melalui pengaturan jumlah air dan natrium yang diabsorbsi kembali oleh ginjal yang berkaitan dengan jumlah cairan tubuh. Selain itu, sistem endokrin juga berperan dalam pengaturan final urine. Pengaturan final urine ini diatur oleh tiga jenis hormon yaitu antidiuretik hormon (ADH), renin, dan aldosteron.
5.      Sistem Renal
Ginjal (ren) merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna cokelat kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vetebral posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam (Potter&Perry, 2005:1679). Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena hati menduduki ruang di bagian kanan lebih luas (Asmadi, 2008:91). Setiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm. Sementara itu, berat ginjal pria dewasa 150-170 gram dan wanita 115-155 gram (Syaifuddin, 2009:286).
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah dan menghasilkan urine.
Sistem renal merupakan nama lain sistem perkemihan. Menurut Syaifuddin (2009:285), sistem perkemihan adalah suatu sistem yang di dalamnya terhadi penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine.

a. Bagian-bagian Ginjal
Bentuk ginjal yang sudah diiris membujur dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
ginjal

b.  Proses pembentukan Urine
Urine terbentuk melalui serangkaian proses yaitu dimulai dari:
a)      penyaringan (filtrasi),
b)      penyerapan kembali (reabsorpsi),
c)      pengeluaran zat (augmentasi).
c. Menurut Asmadi (2008:93), ciri-ciri urine normal baik secara sifat maupun fisik, antara lain:
a)      Kejernihan
Urine normal jernih/bening dan bila lama dibiarkan akan menjadi keruh.
b)      Warna
Warna urine dipengaruhi oleh diet, obat-obatan, kepekatan, dan lain-lain. Secara normal urine berwarna kuning.
c)      Bau
Bau khas urine bila dibiarkan terlalu lama akan berbau seperti amonia.
d)     Berat Jenis
Berat jenis urine bergantung pada jumlah zat yang terlarut dalam urine.


  B. 3 Faktor yang Memengaruhi Eliminasi
Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi metabolisme
1)      Usia
Usia berpengaruh pada kontrol eliminasi individu. Anak-anak masih belum mampu mengontrol buang air besar dan buang air kecil karena system neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. Pada lansia proses eliminasi juga berubah karena terjadi penurunan  tonus otot.
2)      Diet
Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Makan yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi. Selain itu, terjadinya malnutrisi menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menyerang organ perkemihan.
3)      Cairan
Intake cairan berpengaruh  pada eliminasi fekal dan urine. Apabila intake cairan kurang dan output cairan berlebihan, Sementara itu, pada eliminasi urine, urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
4)      Latihan Fisik
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Hal ini sangat penting bagi miksi (pembuangan urine). Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya paristaltik.
5)     Temperatur
Jika temperatur tubuh tinggi, maka terjadi penguapan cairan tubuh. Hal itu  menyebabkan kekurangan cairan, sehingga terjadi konstipasi dan pengeluaran urine yang sedikit.

C. Gangguan eliminasi urine
            Gangguan eliminasi urin adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi  eliminasi urin. Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan di lakukan katerisasi urine , yaitu tindakan memasukan selang kateter kedalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.
Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
a.    Retensi , yaitu adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b.    Kontinensi urine, yaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen otot sfingter exsterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c.    Enuresis , sering terjadi pada anank-anak , umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis ), dapat terjadi satu kali atau lebihn dalam semalam.
d.    Urgency , adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e.    Dysuria , adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih .
Tabel 2. Gejala Umum pada Perubahan Perkemihan
Gejala
Deskripsi
Penyebab atau Faktor Terkait
Urgensi
Merasakan kebutuhan untuk segera berkemih
Penuhnya kandung kemih, iritasi atau radang kandung kemih akibat infeksi, sphincter uretra tidak kompeten, stres psikologis.
Disuria
Merasa nyeri atau sulit berkemih
Peradangan kandung kemih, trauma atau inflamasi sphincter uretra
Frekuensi meningkat
Berkemih dengan sering
Peningkatan asupan cairan, radang pada kandung kemih, peningkatan tekanan pada kandung kemih (kehamilan, stres psikologis)
Keraguan berkemih
Sulit memulai berkemih
Pembesaran prostat, ansietas, edema uretra
Poliuria
Mengeluarkan sejumlah besar urine
Asupan cairan berlebihan, diabetes melitus atau insipidus, penggunaan diuretik, diuresis pascaobstruktif
Oliguria
Pengeluaran urine menurun dibandingkan cairan yang masuk (biasanya kurang dari 400 ml dalam 24 jam)
Dehidrasi, gagal ginjal, ISK, peningkatan sekresi ADH, gagal jantung kongestif
Nokturia
Berkemih berlebihan atau sering pada malam hari
Asupan cairan berlebihan sebelum tidur (terutama kopi atau alkohol), penyakit ginjal, proses penuaan
Dribling (urine yang menetes)
Kebocoran/rembesan urine walaupun ada kontrol terhadap pengeluaran urine
Stres inkontinensia, overflow akibat retensi urine
Hematuria
Terdapat dalah dalam urine
Neoplasma pada ginjal atau kandung kemih, penyakit glomerulus, infeksi pada ginjal atau kandung kemih, trauma pada struktur perkemihan, diskrasia darah
Retensi Urine
Akumulasi urine di dalam kandung kemih disertai ketidakmampuan kandung kemih untuk benar mengosongkan diri
Obstruksi uretra, inflamasi pada kandung kemih, penurunan aktivitas sensorik, kandung kemih neurogenik, pembesaran prostat, setelah tindakan anestesi, efek samping obat-obatan
Residu Urine
Volume urine tersisa setelah berkemih (volume 100 ml atau lebih)
Inflamasi atau iritasi mukosa kandung kemih akibat infeksi, kandung kemih neurogenik, pembesaran prostat, trauma atau inflamasi uretra

 D. Pengkajian Kebutuhan Eliminasi
1)      Aspek biologis                           
a)      Usia                                   
b)      Aktivitas fisik
c)      Riwayat kesehatan dan diet
d)     Penggunaan obat-obatan
e)      Pemeriksaan fisik : Eliminasi urine dan eliminasi fekal
f)       Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan urine (warna, kejernihan, bau dan pH) dan pemeriksaan feses.
2)      Aspek Psikologis
Stres emosional dapat menimbulkan gangguan pada eliminasi. Stres dapat menyebabkan seseorang terdorong untuk terus berkemih, sehingga frekuensi berkemih meningkat. Selain itu, kecemasan yang dialami seseorang dapat membuat individu tidak mampu berkemih sampai tuntas. Pengaruh ansietas pada eliminasi fekal dapat meningkatkan peristaltik sehingga timbul diare (Asmadi, 2008:100).
3)      Aspek Sosiokultural
Menurut Asmadi (2008:100), adat istiadat terkait dengan eliminasi perlu dikaji, seperti posisi berkemih bagi sebagian kultur mesti dilakukan dengan posisi berjongkok, adapula dengan berdiri. Begitu pula dengan eliminasi fekal, ada yng buang air besar di WC, kali, kebun dan lain-lain. Nilai-nilai masyarakat pun perlu dikaji yang  terkait dengan eliminasi.
4)      Aspek Spiritual
Keyakinan individu terkait dengan eliminasi perlu dikaji, seperti urine dan feses diyakini sebagai sesuatu yang najis sehingga perlu dibersihkan dengan air. Ada pula individu yang cukup membersihkannya dengan tisu. Keyakinan ini juga berhubungan dengan praktek kultural setempat.
BAB III
Penutup
A.     kesimpulan
Eliminasi sisa metabolisme merupakan pembuangan sampah dari proses metabolisme tubuh. Beberapa jenis sampah metabolisme yang dibuang oleh tubuh antara lain, air, CO2, urea, dan lain-lain. Sistem tubuh yang berperan dalam proses pembuangan tersebut yaitu, sistem pernapasan, integumen, hepar, endokrin, dan renal. Apabila sistem yang terlibat dalam eliminasi terganggu, maka terjadi perubahan pola eliminasi.













DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika.
Dorland, W.A. New. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC.
Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi. Jakarta: Ganeca Exact.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi untuk keperawatan dan kebidanan. Jakarta:EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/anatomy-for-nurse


Tidak ada komentar:

Posting Komentar