Rabu, 23 April 2014

IDK 1 (Ilmu Dasar Keperawatan 1) : Hormon-hormon yang Mempengaruhi Eliminasi

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
      Hormon adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel.  Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target.  Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal.  Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular.
      Pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak).  Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain.  Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
      Dalam pembuatan makalah ini akan dibahas atau dijelaskan tentang hormon yang berkaitan dengan eliminasi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan tentang pengertian eliminasi!
2.      Apa saja gangguan pada proses eliminasi?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses eliminasi?
4.      Hormon apa sajakah yang terlibat dalam proses eliminasi?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui dan memahami pengertian eliminasi.
2.      Mengetahui dan memahami gangguan pada proses eliminasi.
3.      Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses eliminasi.
4.      Mengetahui dan memahami hormon apa sajakah yang terlibat dalam proses eliminasi.



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel (feses).
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra.  Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur .  Normal miksi sehari 5 kali.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum.  Hal ini juga di sebut bowel movemen. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi  dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu.  Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang.  Ketika gelombang peristaltik mendorong feses ke kolon sigmoid dan rektum ,saraf sensoris dalam rektum di rangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk devekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal.  Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbada.

B.     Gangguan pada Proses Eliminasi
Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya.  Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya.  Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis
a.       Gangguan eliminasi urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi  eliminasi urin. Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan di lakukan katerisasi urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter kedalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.  Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
1)      Retensi, yaitu adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
2)      Kontinensi urine, yaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen otot sfingter exsterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
3)      Enuresis, sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis ), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
4)      Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
5)      Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih .
b.      Gangguan eliminasi fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis pada usus besar.  Mengakibatkan jatang buang air besar, feses keras dan kering.  Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah.  Baik huknah tinggi maupun huknah rendah.  Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.

C.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Eliminasi
Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi feses dan urine.  Faktor tersebut antara lain:
1.      Usia
Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi feses dan urine saja, tetapi juga berpengaruh terhadap kontrol eliminasi itu sendiri.  Anak-anak masih belum mampu untuk mengontrol buang air besar maupun buang air kecil karena sistem neuromuskulernya belum berkembang dengan baik.  Manusia usia lanjut juga akan mengalami perubahan dalam eliminasi tersebut.  Biasanya terjadi penurunan torus otot, sehingga peristaltik menjadi lambat.  Hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga pada manusia usia Ian jut berisiko mengalami konstipasi.  Begitu pula pada eliminasi urine, terjadi penurunan kontrol otot sphincter sehingga terjadi inkontinensia.
2.      Diet
Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine.  Makanan berserat sangatlah diperlukan untuk pembentukan feses.  Makanan yang rendah serat menyebabkan pergerakan sisa digestif menjadi lambat mencapai rektum, sehingga meningkatkan penyerapan air.  Hal ini berakibat terjadinya konstipasi.  Makan yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi.
Di samping itu, pemilihan makanan yang kurang memerhatikan unsur manfaatnya, misalnya jengkol, dapat menghambat proses miksi.  Jengkol dapat menghambat miksi karena kandungan pada jengkol, yaitu asam jengkolat, dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan terbentuknya kristal asam jengkolat yang akan menyumbat saluran kemih sehingga pengeluaran urine menjadi terganggu.  Selain itu, urine juga dapat menjadi bau jengkol.
Malnutrisi menjadi dasar terjadinya penurunan tonus otot, sehingga mengurangi kemampuan seseorang untuk mengeluarkan feses maupun urine.  Selain itu, yang paling penting akibat malnutrisi terhadap eliminasi fekal dan urine adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menyerang pada organ pencernaan maupun organ perkemihan.
3.      Cairan
Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine.  Bila intake cairan tidak adekuat atau output cairan yang berlebihan, maka tubuh akan mengabsorbsi cairan dari usus besar dalam jumlah besar.  Hal tersebut menyebabkan feses menjadi keras, kering, dan sulit melewati saluran pencernaan.  Pada eliminasi urine, kurangnya intake cairan menyebabkan volume darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi menjadi berkurang sehingga urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
4.      Latihanfisik
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot.  Tonus otot yang baik dari otot-otot abdominal, otot pelvis, dan diafragma sangat penting bagi defekasi dan miksi.  Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik.
5.      Strespsikologis
         Stres yang berlebihan akan memengaruhi eliminasi fekal dan urine.  Ketika seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia akan mengalami diare ataupun beser.  Namun, adapula yang menyebabkan sulit buang air besar.
6.      Temperatur
Eliminasi dipengaruhi oleh temperatur tubuh.  Seseorang yang demam akan mengalami peningkatan penguapan cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas metabolik.  Hal tersebut menyebabkan tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi terjadi konstipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit.  Selain itu, demam juga dapat memengaruhi terhadap nafsu makan yaitu terjadi anoreksia, kelemahan otot, dan penurunan intake cairan.

D.     Hormon-hormon yang Terlibat pada Proses Elminasi.
1.      ADH (Anti Deuretik Hormon)
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.  Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel (Frandson,2003 )
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino.  Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan.  Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel.  Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.
2.      Mineralcorticoids
Mineralcorticoids adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal.  Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam  tubuh  misalnya keringat, urin, empedu dan air liur.
a.       Aldosteron
Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralkortikoid yang disekresi dari bagian terluar zona glomerulosa pada bagian korteks kelenjar adrenal, yang berpengaruh terhadap tubulus distal dan collecting ducts dari ginjal sehingga terjadi peningkatan penyerapan kembali partikel air, ion, garam oleh ginjal dan sekresi potasium pada saat yang bersamaan.  Hal ini menyebabkan peningkatan volume dan tekanan darah.
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal.  Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin ( Frandson, 2003)
95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini.  Sekresi aldosteron dirangsang oleh peningkatan K+ atau jatuh dalam Na+ konsentrasi dan volume darah.  Aldosteron mengurangi Na+ (dan Cl-) eliminasi dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated mengumpulkan.  Ini mempromosikan K+ eliminasi dan mengurangi kehilangan air.
Jadi Aldosteron adalah hormon yang dihasilkan dan dilepaskan oleh kelenjar adrenal, memberikan sinyal kepada ginjal untuk membuang lebih sedikit natrium dan lebih banyak kalium.  Pembentukan aldosteron sebagian diatur oleh kortikotropin pada hipofisa dan sebagian lagi oleh mekanisme kontrol pada ginjal (sistem renin-angiotensin-aldosteron).  Renin adalah enzim yang dihasilkan di dalam ginjal dan bertugas mengendalikan pengaktivan hormon angiotensin, yang merangsang pembentukan aldosteron oleh kelenjar adrenal.
3.      Hormon ovarium (estrogen dan progesteron)
Disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormon dari kelenjar hipofisis.
a.       Estrogen
Alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta.  Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen. 
Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.  Mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran
b.      Progesteron
metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal).  Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
4.      Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
5.      Glukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium( Frandson, 2003). Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal. Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar(korteks)dan bagian dalam (medula).
Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil.




BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel (feses).
Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi :
a.       Usia
b.       Diet
c.       Cairan
d.      Latihan fisik
e.       Stress psikologis
f.        Temperature
Hormon-hormon yang terkait dengan eliminasi :
a.       Hormon anti diuretic (ADH)
b.      Aldosteron
c.       Estrogen
d.      Progesterone



DAFTAR PUSTAKA
Fox S, I. 2004. Human Physiology eighth Edition. McGraw Hill Comp. New York.
Ganong, W. F. 1993. Review of Medical Physiology. Appleton & Lange. USA.
Guyton, A. C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Kimball J.W,. 1983. Biologi edisi Kelima Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Many. T, N. 1990. Hormon from Molecular to disease. Chapman and hall. New
York.





1 komentar: